Selasa, 21 Oktober 2014

Menantimu, Harus Berapa Lama Lagi ?

Edit Posted by with No comments


Kapan kita akan bertemu ?
Pertanyaan itu selalu muncul dalam benakku, apa tidak dalam benakmu juga ?
Aku tahu ini tak mudah, aku mencintaimu tanpa lelah.
Walaupun jarak sudah memperparah hingga aku lengah.
Hari demi hari, aku lalui dengan tabah.
Aku tak ingin mudah menyerah.
Jarak ratusan kilometer, tak ada artinya. Aku sudah menantimu dengan susah payah.

Sayang.... harus berapa lama lagi aku menunggumu ?
Aku ingin kita cepat bertemu. Aku sudah terlalu rindu.
Perasaanku masih tetap sama, tak berubah.
Hanya saja, kau sudah mulai tak peduli dengan rengekanku.
Maaf kalau itu mengganggumu.

Aku mengerti, bahwa kau disana bukan sedang bersenang-senang.
Aku tahu, kau sedang melaksanakan tanggung jawab atas apa yang sedang kau kerjakan.
Aku lihat, kau begini pun semata-mata untuk menyakinkanku.
Aku dengar, kau terkadang pun mengatakan merindukanku juga.

Sayang harus berapa lama lagi aku menantimu ?
Haruskah hingga aku lelah tak berdaya ?
Bukan aku ingin mengeluh, tapi sedikit saja... tengok rinduku.
Temui aku... peluklah aku. Hampir kacau aku dibuatnya.

Untuk yang terakhir....
Sayang, harus berapa lama lagi ?
Segala masalah yang ku rasa pelik. Ingin ku sudahi dengan peluk.

Senin, 20 Oktober 2014

Wajah Baru Indonesia

Edit Posted by with 2 comments


Siapa yang tak tahu hari bersejarah tepat jatuh di hari Senin, tanggal 20 Oktober 2014.
Akan segera lahir Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang ke 7.
Bapak Ir. H. Joko Widodo dan Bapak Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla.
Tepat hari ini, sekitar jam 10 pagi. Akan dilaksanakannya pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih di Gedung MPR/DPR.

Siapa sangka, seorang Joko Widodo atau biasa disapa Jokowi akan menduduki kursi nomor 1 di negeri tercinta ini.
Hanya seorang anak tukang kayu, berwajah ndeso.. yang akan segera memimpin bangsa ini.
Banyak warga masyarakat yang menaruh harapan terhadapmu, Pak. Walaupun banyak juga sebagian dari warga masyarakat mencemooh, menghujat, bahkan hingga menfitnah. Tapi engkau berikan senyuman terbaikmu, dan kau menjawab “Aku rapopo”.

Berawal menjadi seorang Walikota Solo, saya tak mengenalmu Pak. Karena saya seorang anak Jakarta dan enggan peduli dengan politik bangsa ini. Tapi ketika wajahmu muncul di pagelaran Pilkada tahun 2012, saya jadi tahu siapa Joko Widodo.
Saya juga tak banyak tahu bagaimana kinerjamu di kota Solo, Pak. Tapi saya tak menutup mata, jelas kota Solo kini lebih tertib, teratur dan bersih.
Bahkan ketika Pilkada di DKI Jakarta berlangsung. Banyak masyarakat Solo yang mendukung, mendoakanmu kelak bisa menduduki kursi nomor 1 di DKI Jakarta. Luar biasa!
Dan Beliau pun memenangi Pilkada DKI Jakarta di putaran kedua.

Setahun sudah beliau menjabat Gubernur DKI Jakarta dengan Wakil Gubernur, Pak Basuki  Thahaja Purnama atau biasa disapa Ahok. Banyak kebijakan-kebijakan yang harus segera direalisasikan kepada rakyat.
Jelas kini, Jakarta dipimpin oleh orang-orang yang berintegritas. Semua dilakukan demi rakyatnya agar sejahtera. Saya berharap demikian teerhadap Pak Jokowi.
Tapi bukan berhenti sampai disitu, Pro-Kontra nyata adanya. Tapi saya sebagai masyarakat Jakarta, mengiyakan bahwa Pak Jokowi dan Pak Ahok sudah bekerja sesuai porsinya.
Dikenal sebagai orang yang blusukan dan sering dibilang pencitraan. Saya tak menampik hal demikian, tapi saya menilai.. beliau memang  ada tindak tanduk kerjanya. Agar masyarakat bisa melihat bahwa Gubernurnya bekerja, bukan sekedar menyuruh bawahannya.
Kalau kamu tanyakan, apa yang sudah Pak Jokowi lakukan untuk Jakarta. Tentu saya tidak dapat menjelaskannya semua.
Tapi mungkin saya bisa sedikit menjelaskan kinerja apa yang sudah beliau lakukan untuk Ibukota.  Perkara macet dan banjir ? Menurut saya itu sudah turun temurun dari Gubernur yang sebelumnya. Terlebih lagi banjir, yang setiap tahunnya bisa menerima kiriman air dari Bogor.
Sebab musababnya tak selalu Pemerintah yang disalahkan. Utamanya dari kesadaran masyarakat sendiri dalam hal membuang sampah.
Air sungai meluap disebabkan banyak sampah, terlebih dapat kiriman air dari Bogor. Dan ya... Jakarta pun tergenang.
Belum lagi karena banyaknya lahan-lahan penyerapan air dibangun menjadi gedung-gedung bertingkat.
Saya rasa Gubernur yang sebelumnya tak menutup mata dengan hal itu, banyak upaya agar Ibukota tak tergenang banjir. Pembangunan Banjir Kanal Timur adalah salah satu bentuk upaya yang dilakukan.
Relokasi Waduk Pluit dan Riario termasuk juga dalam kinerja Pak Jokowi, agar tata kota menjadi lebih baik, rapih dan bersih.  Sekiranya masih ada lagi namun, saya tak bisa banyak menjelaskan.

Dan sekarang.... Indonesia telah memiliki Presiden dan Wakil Presidennya yang baru. Banyak doa dan harapan yang sama-sama kita inginkan agar Indonesia makin jaya dan maju. Menjadi negara yang berdaulat, mensejahterakan 250juta rakyatnya dalam berbagai bidang. Dan tidak ada lagi korupsi-korupsi untuk kepentingan pribadi para pejabat negara.

Dengan berakhirnya tulisan saya ini, saya ingin ucapkan SELAMAT KEPADA BAPAK Ir. H. JOKO WIDODO dan BAPAK Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla. Selamat menjalankan tugas, mengabdi kepada rakyat, tepati segala janji-janjimu, Pak. Rakyat Indonesia akan mendukung dan mengawal segala kebijakan-kebijakan yang Pro-Rakyat.

- Salam 3 Jari, dari anak Bangsa - 

Sabtu, 18 Oktober 2014

Untukmu Fa....

Edit Posted by with 1 comment


Dengarkan Fa..
Yang aku tahu, hati tak pernah salah. Mungkin aku saja yang salah.
Entah salahku apa.... Aku sendiri masih meraba-raba.
Katamu cinta tak harus memiliki ? Mengapa menurutmu demikian ?
Karena kau tak mampu memiliki hatinya ?
Karena kau tak sanggup membuatnya betah berlama-lama didekatmu ?

Dengarkan Fa...
Mungkin ada benarnya, seperti yang kau katakan.
Cinta tak harus memiliki.
Akupun tak harus memilikimu, bukan ?

Tahukah Fa..
Setiap kali kau menceritakannya, kepadaku.
Aku berusaha untuk menjadi sosok sahabat yang selalu mendengarkan keluh kesahmu.
Sesekali, aku harus bisa mengabaikan perasaanku. Sakit!

Tahukah Fa..
Kadang aku ingin, aku tak pernah merasakan hal ini.
Rumit rasanya, ketika kau katakan kau menyayangi dia... sahabatku sendiri.
Bukan aku tak terima pengakuanmu.
Hanya saja, aku terlampau sakit mendengarnya.

Lihatlah Fa..
Dia...acuh tak acuh terhadapmu.
Bahkan sekedar membalas sapaanmu saja tidak.
Tapi raut wajahmu menggambarkan, kau tak apa dengan perlakuannya.

Lihatlah Fa..
Aku berdiri sendiri disini. Sedang menantimu.
Kau bergerak, berjalan menujuku.
Tapi bukan untukku, melainkan untuknya.
Kau datang kepadaku, memintaku... menemanimu untuk menemuinya.

Tolong Fa..
Ingin rasanya aku berjalan sepertinya, yang sanggup menjauh darimu.
Namun nyatanya, aku tak pernah bisa.
Menatapmu diam-diam. Sadarilah, aku terluka amat dalam.
Kerap kali, aku berusaha untuk tahu diri. 

Sekali lagi Fa.....
Tak akan pernah sampai aku ucapkan langsung kepadamu. 
Terima dan bacalah surat usangku.
Ini dari aku, yang kau panggil sahabat.


Minggu, 14 September 2014

Hai Kamu

Edit Posted by with No comments

Awalnya aku memang ingin menuliskan tentangmu, tapi aku urungkan niat itu.
Karena aku belum banyak tahu.
Senang sudah mengenalmu sejauh ini, walaupun aku dan kamu belum bertatap muka.
Dan hanya berbincang lewat dunia maya.
Entah ingin mendeksripsikanmu seperti apa ? Yang bisa ku nilai dari fotomu.
Kau cukup manis untuk di pandang hihi. Jangan geer ya.
Buatku, kamu laki-laki yang cukup menyenangkan. Ada saja gelak tawaku, ketika membalas pesan darimu.
Walau terkadang, aku sedikit jenuh menunggu balasan pesan darimu. Huh!
Tapi tak apa, aku mengerti. Kau pasti sibuk dengan kegiatanmu disana.

Hmm.. apalagi ya yang ingin ku tuliskan ? Aku bingung.
Oya, aku berharap kau tak merasa jenuh  setelah mengenalku. Maaf kalau perkataanku, ada yg tak enak, aku memang begini.. suka ceplas-ceplos hihi.
Ingin rasanya bertemu denganmu, biar aku bisa menuliskan lagi tentangmu. Dan bisa melihat dirimu seperti apa, melihatmu lebih dekat. Tak dijauhi jarak seperti saat ini.
Terimakasih sudah menjadi bagian tawaku. Terimakasih kau sudah begitu menyenangkan.
Mungkin ini hanya yg bisa aku tuliskan.
Lain waktu aku akan menuliskannya lagi tentangmu disaat aku dan kamu bisa bertemu.

Minggu, 31 Agustus 2014

Terakhir.

Edit Posted by with No comments
Bosan aku...... jenuh pula setiap merindukanmu, hanya ini yg sanggup aku lakukan.
Menulis lagi.... menulis lagi. Kau fikir mudah menyimpan segala kecamuk dalam dada sendirian ? Ingin aku berhenti merindukanmu, karena aku tahu. Kau tak lagi merindukanku walaupun dulu kita sama-sama tahu, kita pernah saling merindukan.
Ini sudah yang keberapa kali dalam gelisahku, aku menuliskan lagi semuanya tentang kamu, untuk kamu.
Aku bukan tak pernah berani mengungkapkan segala rinduku terhadapmu, namun aku hanya berusaha tahu diri sayang, hanya itu.
Kau yg dulu ku kenal, memang sekarang tak sama lagi seperti dulu. Lukaku hari kemarin memang sudah sembuh, tapi goresannya masih berbekas.
Mungkin itu kiranya sampai detik ini, aku masih terus merindukanmu, mencari tahu segala tentangmu yang sanggup aku cari tahu sendiri.
Ini pesan terakhir dariku, menceritakan segala gundahku... tersiksanya aku merindukanmu. Dan aku sudah ingin menyerah untuk terus mengingatmu.

Kamis, 19 Juni 2014

Dari Sang Penanti Yang Merindu.

Edit Posted by with No comments
Teruntuk kamu yang sedang menanti, bersabarlah.

Hai, bagaimana kabarmu disana ? Semoga kamu baik-baik saja. Dan semoga kamu tak pernah merasa kesepian, karena tak banyak orang yg selalu ada disisimu.
Maaf kalau aku sudah lancang mengirimimu surat semacam ini, aku hanya terlalu gelisah menghadapi serbuan rindu ini hehe :).
Bagaimana ya tubuhmu sekarang ? Makin kurus atau bertambah gemuk kah ? Ah bagaimana pun kamu, yang terpenting kamu sehat. Itu harapku.
Harus berapa lama lagi, aku menunggumu sayang ? Rasanya sudah hampir habis rasa sabarku. Tapi aku tak menyerah begitu saja, aku tahu kau akan pulang.
Aku tahu... disana kau sibuk dengan segala urusan pekerjaanmu. Tapi aku? sibuk menunggu kabarmu yg tak tentu kapan akan mengabariku. Maaf kalau seringkali, aku menelepon disaat sela kesibukanmu. Dan kau pun tak menjawabnya.

Sayang.... masih sibukkah? Tolong, balas pesanku. Aku sangat khawatir. Terlebih lagi, aku sangat merindukanmu.
Baiklah, kalau kau masih sibuk dengan pekerjaanmu. Aku tak akan rewel, mengganggumu dengan puluhan pesan singkat dariku.
Kulihat jam dinding dikamar, sudah larut malam rupanya. Tapi aku tak kunjung mengantuk, aku masih setia memandangi layar ponselku. Mungkin sekiranya kau akan membalas pesanku walaupun sudah terlalu lama utk dibalas.Hingga akhirnya aku tertidur... dan tak ada pesan darimu satupun.

Sayang... tahukah kamu, sabarku sudah mencapai titik terendah. Ingin rasanya aku menyerah. Aku menangis butuh bahumu tapi kau tak ada. Aku marah.. butuh dipelukmu untuk meredam amarahku tapi kau tak ada.
Sayang... apa kesibukanmu menyita semua rindu yang sering kau katakan dulu kepadaku ? Mungkin iya, tapi sedikitlah mengerti bahwa aku juga butuh perhatianmu.
Maafkan aku... yg sudah terlalu lama kau abaikan perhatiannya, manjanya bahkan rindunya. Aku tak pernah mempermasalahkan jarak yg sedang menari-nari diatas tumpukan rinduku. Aku sudah memilihmu dan aku akan menantinya.
Dengarkan aku sekali lagi sayang.... tetaplah dengan segala kesibukanmu hingga akhirnya kau sadar, ada aku yang sedang menantimu pulang untuk menghabiskan waktu yang hilang antara kita.

Selasa, 10 Juni 2014

Tragedi Gempa Jogja

Edit Posted by with 3 comments
Gempa Jogja itu terjadi ketika gue duduk di bangku kelas 6 SD. Sekitar tahun 2006 dan gue masih inget kapan itu terjadi, 27 Mei 2006. Gue mengalami sendiri kejadian ini. Tepatnya saat itu, gue sedang berada di kost kakak gue yg ke tiga. Kost kakak gue berada di dekat daerah Bantul, yg kebetulan saat itu menjadi pusat Gempa dgn lokasi yang parah, semua rumah rata dengan tanah.
Kejadian gempa itu terjadi pagi hari, disaat semua orang memulai aktifitasnya. Memang saat itu, kondisi merapi sedang mengeluarkan wedus gembelnya alias awan panas.

Pagi itu.... sekitar pukul 05.25, gue baru bangun tidur. Dan gue memilih untuk langsung mandi pagi, karena rencananya gue, Ibu dan Abang mau ke Pasar Beringharjo di daerah Malioboro. Gue pun langsung ke kamar mandi, tapi entah kenapa gue enggan mandi di dalam kamar mandi. Gue memilih mandi diluar kamar mandi, jadi gue mandi di tempat cuci piring yg dekat dengan sumur. Pintu dapur pun, gue kunci. Gue mandi sambil bersenandung... nggak lama kemudian, air di dalam bak itu berguncang. Peralatan dapur, jatuh.... gue panik. Guncangan itu semakin kuat, gue mencoba membuka pintu dapur tapi susah. Gue gedor pintu biar di buka dari dalam rumah, gue nangis, yang jelas gue takut. Setelah pintu dapur berhasil dibuka, justru bukan lari keluar rumah. Justru malah diam didalam rumah, gue di peluk Ibu dan 2 abang gue sambil berteriak ALLAHUAKBAR.
Saat itu pula gempa yang berkekuatan hampir 6 SR, mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta. Berapa lamanya gue nggak inget, tapi gue merasakan betul bagaimana gempa itu berlangsung. Allah Maha Baik, rumah kost abang gue nggak runtuh tapi dindingnya retak.
Waktu menunjukan pukul 07.25 WIB, rencana ke Pasar Beringharjo pun tetap berjalan. Gue, Ibu dan Abang naik bus ke Malioboro. Dan tak berapa lama, dari arah berlawan. Ada ribuan motor berbondong-bondong menyalakan lampu, dan saat di bus itu ada pula yang beteriak.

"Banyu..... ada banyu.... mau tsunami" berulang kali berucap seperti itu. kondektur Bus menurunkan semua penumpang termasuk gue, Ibu dan Abang. Kalian bisa bayangkan gimana kondisi gue saat itu? Yg terlintas di kepala, cuma bayangan ada air banyak yg tinggi macam Tsunami seperti di Aceh. Gue nangis, gue ketakutan luar biasa. Rasanya di dalam hati gue jerit, gue belum mau mati...... Banyak orang yg berlarian sambil menangis. Kaki gue lemes, rasanya nggak kuat buat lari lagi. Gue minta pulang, gue pengen di Jakarta aja. Tapi nyatanya Bandara pun pasti ditutup. Dipinggir jalan yg gue lewatin, ada rumah yg hancur, jalanan sedikit retak. Gue masih nangis, tapi abang gue menguatkan gue. Gue di suruh dzikir, istighfar. Gue berjalan gontai, balik ke kost abang. Seringkali terjadi gempa susulan yg kekuatannya nggak sebesar gempa pertama, tapi cukup buat gue tetap ketakutan.

Kabar baik yg gue terima adalah, Tsunami itu hanya issue. Saat di kost abang, Ibu rembukan sepakat buat pergi ke Solo aja kerumah kakek. Tapi kondisinya dari pagi sampai sore, akses jalan raya dari Jogja menuju Solo itu ditutup karena banyaknya rumah dan jalanan yg hancur.Lagi-lagi Allah Maha Baik, sekitar jam 5 sore, akses jalan pun kembali dibuka. Segeralah gue, Ibu dan Abang pergi ke Solo naik taksi.
Selama perjalanan... gue lihat di pinggir jalan, rumah rata semua dengan tanah. Apalagi ketika gue ngelewatin kawasan Candi Prambanan, itu pun hancur.
Sesampainya gue di Solo, gue nonton berita. Gue masuk tv di dalam video amatir, ada orang Jogja yg ngerekam saat kejadian. Wajah gue panik, gue masih ketakutan. Pengen cepet pulang ke Jakarta.

Dan esok harinya, gue pulang ke Jakarta dengan naik Bus. Hati gue mulai sedikit tenang, tapi tetap aja bayang-bayang saat gempa itu terjadi masih terekam jelas.
Ketika gue menuliskan ini, ada bayangan ketika gempa itu terjadi. Sedih, deg-deg.an...... tapi sekali lagi Allah Maha Baik masih memberikan gue hidup sampai detik ini :) 

Si Perempuan Harapan

Edit Posted by with No comments
Bukan tak mungkin bagiku menyimpulkan ada rasa yang tak biasa untukmu. Bukan tak mungkin pula, jika aku disini sedang berharap dirindukanmu. Tapi cukup buatku memendam semuanya sendirian, tak ingin aku berbagi dengan siapapun. Cukup Tuhanku yang tahu, karena Dia-lah pula... aku bisa merasakan ini dan itu terhadapmu Tuan.

Disebrang jalan, aku lihat ada seorang Wanita yang sedang duduk dibangku taman dengan wajah gelisah. Entah apa yang dia lakukan? Dia sendirian... dan tak lama berselang, datang seorang Pria menghampirinya dan memberikanya sebucket bunga. Apa yg ku saksikan barusan adalah dimana waktu yang mempersiapkan semuanya dengan baik. Tentunya si Wanita tadi sedang dalam kondisi berharap, ada kecemasan dalam raut wajahnya menanti, menunggu seseorang yang ia cintai.

Tuan... mengertikah kau seperti yang ku kisahkan tadi ? Ini bukan tentang aku, ini tentang harapan. Banyak harapan yang dibuat... tapi banyak pula yg dapat mematahkan harapan itu sendiri. Aku berharap bisa seperti Wanita tadi, harapan ketika aku menunggu dengan penuh kecemasan dan kegelisahan. Tapi rasa gelisah dan cemasku kau tepis dengan kehadiranmu. Bukan tidak mungkin, buatku ketika harapan itu semakin membuncah didalam dada, kau tak datang dan kau memilih pergi. Lalu bagaimana denganku, dengan semua harapan yang ada dalam angan-angan khayalku? Tentu, tak ada ukiran senyum di raut wajahku. Iya, aku kecewa. Tapi memang begitukah sebuah harapan ? Tak semua harapan bisa membuatku tersenyum bahagia, namun dikala itu harapan bisa juga seketika membuatku tak berdaya.


Kamis, 08 Mei 2014

Kejutan Kecil Darimu

Edit Posted by with No comments
Maaf dan terimakasih sayang...

Itu kalimat pertama yang ingin aku ucapkan kepadamu. Aku sengaja menuliskan ini di blogku yang biasa menjadi tempatku bercerita, jika tak ada lagi yg bisa menjadi temanku saat bercerita.
Untuk kamu yang sedang menghabiskan waktu dengan kesibukanmu, maaf kalau hari kemarin sikapku terlihat kekanak-kanakan. Aku memang terlalu hebat untuk mengabaikan seseorang, bahkan kamu, kekasihku sendiri.
Memang tak seharusnya aku bersikap demikian, dan seharusnya aku tak membalas singkat pesan darimu saat itu. Aku memang egois.. hanya memikirkan perasaanku yang kesal sendiri terhadapmu. Tapi aku tak memikirkan bagaimana kamu yang gelisah, cemas menerima perlakuan sikapku yang tak biasanya.

Maafkan aku sayang....
Disaat jarak sedang menghukum pertemuan kita, aku pun justru menambahkan hukuman itu kepadamu. Aku cuek, bahkan aku tak mau menerima telp darimu. Aku malah asik dengan duniaku, aku juaranya dalam perihal mengabaikan.
Pesan darimu masuk... aku hanya sekilas membacanya tanpa aku balas. Aku egois, memang. Permintaan maaf darimu pun tetap kekeh aku abaikan. Dan sampai akhirnya sore itupun datang, aku baru membalas pesanmu.
Kala itu... kau bilang, kau sedang dalam perjalanan pulang kerumahmu. Dengan perhatian yg sedikit aku beri, aku balas pesanmu "hati-hati dijalan". Dan tetap saja balasan darimu pun seakan menunjukan kalau kamu pun tak kesal dengan perlakuan ku yang seharian sanggup mengabaikanmu.

Jam di ponselku menunjukan 18.05 , sudah memasuki waktu magrib. Aku pun segera menunaikan kewajibanku, dan setelah selepas sholat. Aku terbayangkan kamu, aku merasa sudah bersalah mengabaikanmu. Maafkan aku sekali lagi sayang...
Ku lihat ponsel, ada pesan darimu. Kamu menanyakan alamatku, akupun membalas yang jelas jadi pertanyaanmu.
Berkali-kali, kamu meneleponku.., aku sama sekali tak menjawabnya. Sampai akhirnya aku kesal, aku balas pesanmu "ada apa telp?" dan kamu pun membalas, kalau sekarang kamu ada di gang depan rumahku. Aku kaget, aku spontan menangis membaca pesanmu. Entah ini lelucon atau memang benar begitu ?
Disaat aku terburu-buru ingin memastikan kamu ada di gang depan rumahku, dan ternyata........ kamu ada di depan gerbang rumahku membawa seikat bunga dan cokelat. Entah bagaimana aku mendeskripsikan perasaanku malam itu. Aku diam, aku sesekali menyeka airmataku yang mau menetes. Melihatmu ada di hadapanku... dan seketika itu juga kamu mengatakan meminta maaf.
Seharusnya aku yang meminta maaf kepadamu. Ini egoisku.... memang aku saja yang begitu mengerti sibukmu.
Setelah itupun, kamu pamit pulang..... :") saat aku masih berdiri di depan gerbang rumahku melihatmu berjalan pergi meninggalkan aku. Ingin aku berlari, tak memintamu pergi. Tapi itu tak mungkin, hari juga sudah gelap.
Dan tepat saat malam itu, aku merasa di yakinkan dalam sebuah hubungan yang membuat kita tak bisa bersama karena jarak.

Untuk kalimat terakhirku...

Maaf dan terimakasih sayang...