Jumat, 20 Februari 2015

Bagian dari Merelakanmu

Edit Posted by with No comments

Mengunci hati sekian tahun, membiarkan luka mengering dengan sendirinya. Aku terlalu malas berinteraksi dengan orang baru, yang mungkin akan menjadi seseorang menggantikanmu. Namun aku menutup diri.
Tak apa, aku masih dalam keadaan baik-baik saja, bahkan melihatmu, mengetahui hidupmu yang baru kini dengan dia. Yang menjadi pilihanmu. Sudahkah aku pantas di bilang perempuan yang paling tabah? Sepertinya tidak, luka kemarin belum seberapa.
Haruskah ini menjadi step terakhir dari semua perpisahan dan sebuah luka? Iya, merelakan......
Aku akui, aku belum sepenuhnya dapat memenuhi itu. Tapi kadang aku merasa, kau memang lebih pantas dengannya.
Yang mungkin membuatmu lebih 'hidup' dibanding denganku dulu.

Apa kau mau tahu, bahwa saat aku melihat sebuah foto kau dengannya. Aku tersenyum, aku baik-baik saja. Bahkan sempat mendoakanmu agar kau bahagia dengannya.
Bahkan aku sudah tak mampu menangisimu, seperti yang sebelumnya. Tak pernah rela bila kau dengan perempuan lain.
Aku egois memang. Maafkan aku ya....

Aku ingin setelah aku menuliskan surat ini, aku benar-benar bisa memenuhi upayaku untuk merelakanmu.
Debar dalam dadaku sedikit berbeda. Seperti ada luka baru, namun aku selalu merasa baik-baik saja.
Andai Tuhan mengizinkan aku bertemu denganmu di suatu tempat, aku hanya ingin mengatakan Aku menyayangimu. Dan sebentar memelukmu. Aku tak kuasa menuliskan ini... sudahlah, aku akhiri saja.
Maaf dan terimakasih atas canda tawa serta luka yg kau beri.

Kamis, 19 Februari 2015

Kepada Bosse Pos Cinta

Edit Posted by with No comments

Selamat pagi, Bosse. Selamat pagi dari Jakarta.
Salam penuh cinta, ketika pagi ini aku harus membalas satu surat darimu.

Tak terasa sudah 21 hari aku berhasil mengikuti acara yang  Bosse buat walaupun belum sampai finish. Dari awal aku mengikuti #30HariMenulisSuratCinta, aku semangat, aku selalu senang membaca tulisan-tulisan dari mereka yg ikut serta. Sampai sudah memasuki hari ke 14 dan seterusnya aku sempat mengalami kebuntuan, aku sudah tak tahu harus menuliskan apa. Tapi bagiku, aku akan menulis apapun yg ingin ku tulis.
Aku sudah membaca surat dari Bosse. Aku ingin berpartisipasi, tentu menyenangkan. Bisa bertemu para tukang pos cinta, dan aku ingin bertemu dengan ka @adimasnuel serta tukang posku yang setia selalu menghantarkan suratku, ka @catatansiDoy..
Namun seperti ada kendala yg tak bisa membuatku datang :( aku mohon maaf sebelumnya Bosse.
Bagiku jarak Jakarta-Bandung memang tidaklah terlalu jauh, namun kondisi waktunya tidak memungkinkan bagiku utk datang.
Aku berharap tak hanya ada Gathering di Bandung saja, kalau bisa di Jakarta pun ada. Tentu akan banyak yg datang, hihihi.
Jadi sekianlah surat dariku Bosse. Mohon maaf sekali lagi, aku tak bisa hadir. Tapi semoga di event selanjutnya, aku dapat ikut serta dan bertemu kalian semua.

Rabu, 18 Februari 2015

Satu Puding Cokelat

Edit Posted by with 1 comment

Sepulangnya aku dari sebuah tempat.
Aku kembali ke tempatku biasa melakukan aktifitas.
Ada sekotak berisikan makanan, aku tak sabar melahapnya.
Tapi aku tertarik pada makanan manis berwarna cokelat.
Bisa kau tebak? Apa yg tersirat dalam fikiranmu?
Kue cokelat? Oh bukan itu yang aku maksud...
Coba kau terka lagi,makanan apa yg aku maksudkan...

1....2.... 3 ah waktu kau habis untuk menebaknya.
Ia adalah sekotak puding cokelat. Rasanya tentu manis, bisa jadi semanis senyummu ketika melahap pudingnya.
Aku tengah menikmatinya, perlahan-lahan aku lahap. Tak ingin cepat aku habiskan.
Karena hanya ada 1 puding untukku.
Kau ingin? Cobalah buat atau bisa kau beli. Maaf ya bukan aku tak ingin berbagi, hihihi.
Puding cokelatku ibarat cinta pertama.. terasa manis di awal, aku nikmati semua perlahan.
Lalu apa yg terjadi jika sudah habis? Aku tentu akan mencari puding cokelat yg serupa. Aku selalu rindu akan ia,
Seperti rinduku juga.... akan tetap sama pada yg pertama.
Ah sudahlah. Aku kan sedang membicarakan puding cokelatku, selagi masih ada. Akan ku habiskan sekarang juga...

Selasa, 17 Februari 2015

Dari Seorang Aku

Edit Posted by with No comments

Dari aku yang tengah merindukanmu.
Sadarilah bahwa aku terus mendoakanmu, menyebutkan namamu kepadaNya. Mengadukan perihal hati yang sakit karena merindu. Aku butuh waktu, jika Ia kelak mengizinkanku bertemu denganmu.

Dari aku yang masih menyayangimu.
Tahukah kau bahwasanya menghapus luka dan airmata tak semudah menghapus rasa yang lama menetap dalam hati.
Terlebih luka yg kau gores teramat baru. Akan terasa perihnya....
Kadang kala tak kuasa aku menjerit, sulit lupa seperti yang sudah ku lihat di depan mata.

Dari aku yang ingin membencimu.
Ketahuilah sayang, bukan perihal mudah bukan saat ini aku mengatakan benci kepadamu?
Naif rasanya kalau aku bisa mudah membencimu.
Lupa untuk tak merindukanmu saja aku masih gagal.
Aku masih terkurung , tak bisa kemana-mana.

Dan kalimat terakhir yang aku tuliskan.....
Dari aku yang sudah merelakanmu setelah luka kemarin.

Senin, 16 Februari 2015

Perempuan Kesepian

Edit Posted by with 1 comment

Dari aku yang tengah kesepian.

Hai angin.... teruslah berhembus tapi jangan terlalu kencang.
Aku penikmatmu di kala panas datang... biar pelan tapi menyejukan menyentuh kulitku.
Menghilangkan sedikit peluh yang terus menetes dari kening.
Kau tak nampak, tapi ada. Seperti ia yg ku cinta, ia yang telah pergi tapi rasanya masih tetap ada.

Hai hujan.. turunlah, rintik-rintikmu seolah menyampaikan sebuah kerinduan.
Walau aku tahu, akan banyak di luar sana yang lebih rindu dari aku.
Derasmu turun dari langit seakan menunjukan pedihnya hatimu, ada sakit yang sulit kau ungkap. Hanya bisa dengan airmata.
Seperti ia yang kau percaya, namun tak bisa di percaya. Akan ada luka setelahnya, dan berakhir dalam sebuah tangisan.

Sabtu, 14 Februari 2015

Untuk Seorang El

Edit Posted by with 1 comment

Untuk El....
Aku coba beranikan diri menuliskan ini, maaf aku tak pandai merangkai kata. Bahkan pertama kali mengenal dan melihatmu, aku hanya bisa diam mematung. Aku di selimuti rasa takut jauh lebih besar daripada mengetahui sebuah jawaban. Aku memang begitu.

Aku bingung harus menuliskan apa, kata Bosse tepat di hari ini, aku ditantang untuk menuliskan ungkapan cinta kepada seseorang.
Ya kaulah seorang yang ku maksudkan El.
Aku gugup, debar jantungku terasa lebih cepat dari biasa.
Padahal aku hanya disuruh menuliskannya, bagaimana jika aku ditantang mengungkapkannya langsung di hadapanmu? Matilah aku.

Untuk El..
Tahukah kau, rona wajahmu... senyum misteriusmulah yg membuatku merasa jatuh.
Matamu yang meneduhkan, tatapanmu yang syahdu membuatku semakin merasa perasaanku tak bisa kemana-mana.. Itu karenamu, El.
Bahkan ketika itu berhadapan denganmu, melihat senyummu menyapaku. Aku dibuat tak sanggup berdiri lama, aku ingin jatuh.
Satu yang aku suka darimu, alis matamu dan bau parfummu. Seolah duniaku terhenti sejenak , aku terpikat olehmu, El..
Bisakah sebentar saja kita berbincang? Bisakah kau beri sedikit waktumu untuk di habiskan berdua dgnku? 
Ah El, aku terlalu mengkhayal sepertinya. Dan mungkin setelah surat ini ku kirimkan. Akan jadi banyak orang tahu, bahwa aku menyukaimu.

Jumat, 13 Februari 2015

Bukan Cinta Semu

Edit Posted by with 1 comment

Bagaimana mungkin aku bisa mencintaimu dalam semu? Tanpa pernah aku bertemu denganmu, menyentuh lembut jari jemarimu.
Ah lucu sekali orang yang jatuh cinta. Mudah terbuai terbawa perasaan, hanya bermodalkan kolase foto terpajang di akun social media milikmu

Aku dan kamu bercengkraman siang dan malam, menghabiskan waktu saling memberi perhatian. Begitu terus hingga pagi menjelang.
Aku kadang bosan, bertanya kapan kita bisa berjumpa.
Jarak selalu jadi pemicu. Butuh waktu untuk menaklukannya.
Butuh usaha yang tak sedikit untuk itu.

Aku terlanjur nyaman dengan kondisi semu ini.
Bisa mencintaimu, namun sulit menggapaimu.
Namun tak mungkin akan terus begini.
Kau ada, tapi kau tak nampak di depan mataku.
Sampai kapan kita akan terus bermain-main dalam dunia semu ini?
Aku butuh yang nyata adanya. Dan aku harap kau benar-benar yang nyata untukku.

Kamis, 12 Februari 2015

Untuk Kamu Yang Merindu

Edit Posted by with 2 comments

Jangan terus menyalahkan keadaan.
Jangan terus mendiamiku, biacaralah sayang.
Aku butuh kejelasan.
Jangan sesuka hatimu, pergi begitu saja.

Bukankah kita sama-sama tahu, hubungan kita tidak hanya di uji jarak semata? Masih ada ujian yg lainnya.
Lalu mengapa kau selalu merasa bahwa aku tak mecintaimu?
Untuk apa aku berjuang mempertahankan kita sejauh ini, jika aku tak mencintaimu?
Dengarkan aku sayang, sibukku adalah untukmu, untuk kita. Jangan kau selalu mempermasalahkan ini berulang kali.
Maaf jika waktuku sedikit banyak lebih untuk urusan pekerjaan, di bandingkan kamu. Tapi itu bukan karna aku tak peduli, aku hanya ingin menunjukan usahaku.
Akupun kadang merasa kau tak banyak waktu untukku, tapi aku paham. Kau sibuk dengan urusanmu disana.
Mengertilah sayang, hubungan kita bukan lagi bukan sekedar main-main..
Aku ingin apa yang kita sudah jalani, kita sudah pertahankan berbuah manis.
Tenangkan pikiranmu, kembalilah dalam pelukku. Aku tahu, kau sedang kacau dilanda rindu ingin bertemu.
Jika waktu mengizinkanku, esok haripun aku akan menemuimu.

Senin, 09 Februari 2015

Cerita Langit dan Bumi

Edit Posted by with No comments

   Dengarlah, langit ingin bercerita kepada bumi sejak pagi.
Ia berkeluh, menumpahkan kegelisahan hatinya ketika menjadi hitam pekat, teriakan petir saling bersahutan. Tak nampak biru cerah seperti pagi biasanya.
   Wahai langit, apa yang ingin kau ceritakan kepadaku?
Aku sedang menanti seseorang di luar sana, kiranya ia akan basah terhujani oleh air-air yang turun darimu.
Tapi tak apa, suasana jauh lebih senyap dari hingar bingar pagi yang biasa aku dengar.
  Bumi pun tak selalu bisa menolak, apa yang sudah kau berikan wahai langit.
Namun terkadang, bumi tak sanggup menampung pemberianmu.
   Terlihat, banyak genangan di bumiku ini.
Langit, belum selesaikah ceritamu utk pagi ini? Tak ada jedakah untuk kau berhenti?
Baiklah, aku tetap saja pada tempatku. Menanti seseorang, sambil mendengar air matamu turun dari langit menuju bumiku.

Minggu, 08 Februari 2015

Sore di Kota Hujan

Edit Posted by with 1 comment

Aku menginjakan kaki, di kota hujan.
Hawanya sejuk, dingin dan rindang. Iya, karena banyak pohon-pohon di tepi jalan.
Seperti biasa, aku berjalan menyusuri trotoar sampai menuju Tugu Kujang.
Padahal jam di tanganku menunjukan pukul 2 siang, tapi langit mulai gelap.
Aku langkah kan kaki dengan cepat, aku ingin cepat sampai di tempatku sebelum hujan mulai turun.
Aku ingat, aku belum sempat mengisi perutku. Jadi aku putuskan untuk mencari makan, biar sajalah... toh kalau kehujanan nanti aku langsung bersih-bersih di tempatku.
Angin lumayan kencang berhembus, aku jadi kedinginan. Aku tak menggunakan jaketku.

Akhirnya makan siang ku yang telat, aku putuskan untuk menyantap soto mie. Uhhh... sedap, dan jadi hangat rasanya. Ditambah sambal ku sendokan ke dalam soto mie ku.
Tak lama hujan turun, walau belum begitu deras. Aku berlari menuju tempatku sebelum hujan deras.

Aku berlari di sepanjang jalan trotoar. Seketika aku teringat akan kita, berlari menerobos hujan agar kau tak terlambat ketinggalan bus yang membawamu pulang ke kotamu. Ah, aku mengenang lagi. Tak pandai ternyata aku mengubur kenangan yang terlampau lama dalam ingatan.
Maafkan aku ya. Aku sekedar mengingat, karena aku merasa tak mampu untuk lupa.

Sabtu, 07 Februari 2015

Ia Tempat Ternyamanku

Edit Posted by with 1 comment

Sejauh apapun kau melangkah, kau akan kembali ke tempat yg membuatmu nyaman.

Aku setuju dengan kutipan di atas, bagiku kau adalah rumah. Tempat yg membuatku kembali seperti semula, aku sudah melangkah jauh dari tempatku berdiri.
Tapi aku justru ingin kembali ke tempat pertama aku menyandarkan hati, membuatku merasa aman dan nyaman. Ia, hatimu.
Walaupun aku tahu, pergimu dulu tak membuatmu kembali ke sini. Jadi kesimpulannya, aku bukan rumahmu?
Tak apa sayang, mungkin kau memang butuh yang membuatmu lebih nyaman dibanding di sini bersamaku.
Tak perlu kau hiraukan, bagaimana hatiku di tinggalkan oleh pemiliknya. Iya, itu kamu.
Hancur berantakan? Jelas iya, tapi aku tahu, tak akan aku berlama-lama membiarkan rumahku berantakan. Karena akan ada pemilik yg baru, butuh menjadikan hatiku adalah rumahnya. Membuatnya betah berlama-lama, tanpa perlu meninggalkan luka.
Terimakasih sudah sempat menetap, untuk pemilik hatimu yang baru. Aku relakan mengisi ruang kosong setelahku.

Kamis, 05 Februari 2015

Satu Cokelat Panas

Edit Posted by with No comments

Rintikan hujan, terlihat dari jendela kamarku.
Lalu aku menatap keluar dan menatap langit. Selalu gelap ketika hujan hendak turun mengguyur bumi.
Ku kenakan jaket yang menggantung di balik pintu. Hangat setelah aku gunakan.
Akan lebih hangat lagi jika ku sajikan teh atau cokelat panas. Sudah aku bayangkan, tentu nikmat rasanya.
Aku putuskan membuat cokelat panas. Aku berjalan menuju ruang tamu,km ku tekan tombol saklar agar rumah menjadi lebih terang.
Aku duduk, sembari meniupkan perlahan cokelat panasku. Ku sruput sedikit demi sedikit. Masih agak panas, namun aroma cokelat menggugah seleraku. Enak sekali.
Tak ingin buru-buru ku habiskan. Biar saja tetap menjadi hangat, tapi kalau terlalu lama juga menjadi dingin.

Iya, seperti cinta. Bila di diamkan terlalu lama, akan hambar. Tak akan enak. Aku tak ingin begitu, biar saja ia bersemi penuh hangat.
Segelas cokelat panas yang ku teguk, meluruhkan dingin rasa yg sempat mati. Biar untuk kali ini ku nikmati perlaham-lahan. Tak usah terburu-buru, jangan juga membiarkannya terlalu lama.

Selasa, 03 Februari 2015

Pertemuan Singkat

Edit Posted by with 4 comments

Dear, Ikram Wahyudi ( @ikramarki )

Apa kabar Ikram? Semoga sehat dan tetap sok ganteng. Sepertinya aku agak kurang sopan kalau hanya memanggilmu nama, pantasnya aku panggil mas Ikram saja ya. Oke.
Aku lupa sejak kapan tersirat untuk memfollowmu. Yang awalnya aku pikir, mas Ikram hanya membuat tweet-tweet lucu. Tapi semakin lama makin kesini menyebalkan. Ada saja kata-kata yg membuatku kesal tapi itu lucu.
Sedari mas Ikram masih tinggal di Jogja, aku berharap bisa bertemu. Ya minimal bisa melihat wajahmu yang sok ganteng itu, yang dibilang mirip sama Iqbaal Cjr.

Dan sekarang, mas Ikram mulai tinggal di Jakarta. Usaha untuk kita bisa bertemu lebih mudah sepertinya. 
Yang aku ingat, aku hanya sekedar mengirimu pesan melalui aplikasi chatting. Nggak lama berselang, mas Ikram membalasnya. Aku kembali membalasnya,walau mas Ikram membalasnya beberapa jam kemudian.
Seperti yang sudah dijanjikan, tepat di hari Minggu kita bertemu.
Pertemuan pertama yang menyenangkan buat aku. Menyalamimu bertemu di toko majalah di lantai dasar. Tanpa sungkan, mas Ikram mengajak makan. Tapi aku sudah lebih dulu makan siang, jadi aku hanya menemani saja.
Di tempat makan, kita mulai saling berbincang. Banyak hal yang kita bicarakan, mulai dari video-video konyolmu. Terlebih video cover "Sakitnya Tuh Disini" sampai masuk tv.
Sampai aku menanyakan umurmu, kuliahmu jurusan apa dan banyaklah. Mas Ikram juga menanyakan hal yang sama terhadapku. Semoga mas Ikram masih ingat ya :).

Tak terasa sudah 2jam kita berbincang-bincang. Aku harus segera pulang, dan mas Ikram masih harus bertemu klien saat itu.
Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk bertemu dan berbincang dengan aku. Mas Ikram tak se-menyebalkan di dunia maya. Yang aku nilai, berbeda. Mas Ikram lebih kalem dan ganteng. Ya selebihnya aku berharap, bisa bertemu lagi. Bisa banyak lagi berbincang-bincang dengan mas Ikram. Semoga ada waktu lagi ya.

Sebuah Kata Diakhiri

Edit Posted by with 1 comment

Ada yg lebih luka dari sebuah perpisahan?
Perih, sakit mengakui sebuah kata selamat tinggal.
Tak semua suka dengan perpisahan. Walau itu mutlak bahwasanya sebuah pertemuan berakhir dengan perpisahan.

Aku tak bisa memaksamu tinggal. Bagimu, meninggalkan aku adalah baik. Tak akan lagi ada yg terluka diantara kita.
Kau mungkin memang benar. Tapi sadarkah kau pula menciptakan luka lebih besar dari luka kemarin.
Coba bertanya dalam hati kecilmu, sudah siapkah kau dengan segala risiko perpisahan? Kehilangan, tentu saja.
Aku bukan lagi wanitamu yg akan mudah kau rayu ketika marah.
Dan aku bukan lagi wanitamu yg ingin kau peluk ketika kau hendak berkeluh kesah.
Aku bukan tempat kau kembali. Jadi pergilah, itukan yang kau mau ?
Aku tak memaksa. Karena aku tahu, yg dipaksakan tak akan pernah baik.
Jangan pernah memintaku kembali. Karena perihnya luka kemarin tak akan membuatnya pulih.
Sudahlah, kau kan tahu yang sudah diakhiri memang harusnya sudah berakhir.

Senin, 02 Februari 2015

Frappe Oreo dan Cheese Cake

Edit Posted by with No comments

Aku tengah duduk di dekat jendela, menatap keluar melihat langit tampak mulai gelap. Akan turun hujan sepertinya, tapi ada baiknya aku tak beranjak pergi dari sini. Aku terlupa membawa payung, kalau aku pergi pasti nanti aku akan kehujanan di jalan.
Aku lanjutkan membaca buku yang ku bawa dalam tas. Satu novel yang belum selesai ku baca entah dari kapan. Aku terlalu sibuk hingga lupa menyelesaikannya.
Tak lama berselang, hujan turun walaupun tak begitu deras.
Hmm, aku butuh yang hangat. Pendingin ruangan di coffee shop ini lumayan dingin. Dan salahnya aku hanya memakai pattern shirt tanpa jaket yang sering ku gunakan ketika pergi.
Aku panggil seorang pelayan laki-laki yang kebetulan melewati mejaku. Dan aku pesan frappe oreo hangat 1 gelas dan cheese cake 1 pcs. Lumayan untung mengganjal perutku, karena memang aku belum makan siang. Padahal coffee shop ini juga menyediakan makanan untuk makan siang seperti chicken cordon blue, spaghetti bolognaise, pizza, dan masih ada beberapa lagi. Tapi aku hanya ingin cheese cake saja. Lebih cocok di sandingkan dengan minumam yang ku pesan.
10 menit kemudian, pesananku datang. Ku letakkan novel di meja. Dan aku siap menyantap pesanananku. Pelayan menaruhnya di meja, tak ku lupa ucapkan terima kasih kepadanya.
Rasa frappe oreo ku sedikit berbeda , kurang manis. Tapi coba aku alihkan dengan menyantap cheese cake nya. Lumayan, manisnya pas. Seperti cinta, butuh sesuatu untuk melengkapi kekurangannya. Menyempurnakan hal biasa menjadi istimewa.
Selepas hujan reda, nampak pelangi di langit. Ku abadikan momentnya dalam kamera ponselku. Tentu kamu tahu, setiap derai tangis yg jatuh akan selalu ada simpulan senyum diakhirnya.

Minggu, 01 Februari 2015

Kisah dibalik Skype

Edit Posted by with 1 comment

Selamat pagi dari Indonesia.
   Hai apa kabarmu sekarang? Semoga baik ya, di Indonesia cuaca sedang turun hujan. Kira-kira di negaramu hujan juga tidak ya? Hmm..
Pertama, aku sengaja menuliskan satu surat untukmu walaupun aku tahu kamu tak akan paham apa isinya. Makanya kamu belajar bahasa Indonesia, biar paham apa yg sedang aku ungkapkan.
   Aku lupa bagaimana kita saling mengenal, tapi yang aku ingat. Karena Skypelah kita bisa berkomunikasi. Kamu sering mengajakku video call, padahal aku baru saja bangun tidur. Perbedaan waktu tak mematahkan keinginanku ataupun kamu untuk kita tetap membincangkan banyak hal.
   Oya, setiap aku melihat wajahmu di layar handphone. Aku merasa senang, bahkan rasanya ingin bertemu denganmu. Sayangnya jarak kita terlalu jauh. Mungkin lain waktu.
Kadang jaringan dan sinyal suka mengganggu komunikasi kita, aku paling sebal. Huh!
    Hal yg ku ingat ketika kamu bilang 'i love u dear'. Tentu aku kaget, bagaimana bisa kamu mengatakan hal itu padahal kita baru beberapa minggu berkenalan apalagi hanya melalui social media ini. Aku tak mengiyakan, tapi aku merasa ya jalani saja.
   Ya namanya juga Long Distance Relationship, tentu pertemuan yg selalu dinantikan. Kamu pernah memintaku untuk datang ke negaramu. Oh sayang, aku tak punya cukup banyak uang. Dan akupun jugakan memintamu datang ke Indonesia. Kamu hanya diam. Konyol memang kelihatannya. Seingatku cukup lama kita saling mengenal dan hanya Skypelah yg membantuku untuk terus bisa berkomunikasi denganmu.
    Walaupun sekarang aku dan kamu tak lagi berbincang dengan Skype, karena kamu mengaku sudah ada oranglain yang lebih dekat denganmu. Tak apa, aku mengerti. Toh tak selamanya juga kita hanya mengandalkan social media. Memang yg dibutuhkan adalah bertemu.
   Terimakasih sudah sempat membuatku jatuh cinta kepada orang asing, dan setidaknya aku sedikit banyak belajar menggunakan bahasa Inggris untuk bicara denganmu. Sampai bertemu dikemudian hari.