Langit senja mulai tampak di ufuk barat. Tanda ia akan hilang digantikan malam.
Aku selalu menantinya hanya untuk tahu. Dan aku tak ingin
kehilangannya.
Lalu sesiap itukah hatimu jika kehilangan langit senja yang
begitu menawan ?
Padahal kau tahu… kau pasti akan kehilangan pada waktunya.
Coba tanyakan itu pada hatimu, siapkah kau dengan segala
kehilangan ?
Yang tak hanya meninggalkan luka dan akan pula meninggalkan
bertubi-tubi kenangan yang kau ciptakan.
Duduklah sebentar, lalu menangislah.
Bagian mana yang membuatmu sakit ?
Ketika kau ditinggalkan atau ketika ada tawa dalam pertemuan
?
Lekas kau kehilangan itu semua. Dalam tawanya, dalam
tangisnya juga.
Meski berbagai alasan sekalipun itu tak masuk akal bagi
logikamu terutama hatimu.
Setelah kau mencintainya dengan sangat.
Sadarkah kau tengah menciptakan lubang besar dalam dadamu ?
Kau keliru jika telah memilikinya, ia akan selamanya
denganmu.
Sesak.. menyeruak..menghimpit hingga kesakitan yang kau
rasa.
Tangismu pecah dalam keheningan, linangan airmata mengalir
deras di pipimu.
Nyatanya lubang besar itu kian menganga… kian sakit kau
liputi ingatan dengannya.
Duhai kamu yang sedang kehilangan..
Sanggupkah kau mengakui bahwa di hatinya tak ada lagi kamu
tapi tidak dengan hatimu ?
Benarkah kau tengah tenggelam dalam pahitnya kehilangan ?
Coba perlahan kau jawab…. Kemudian aku sadar, aku pun tengah
kehilangan.