Beri aku waktu untuk bisa menuliskanmu dalam lembaran kosong ini.
Perlahan-lahan mengingat apapun yang berkaitan denganmu.
Semesta tahu, bahwa ada yang tengah mencari namun belum menemukan. Atau mungkin sedang sama-sama mencari lalu kemudian dipertemukan.
Aku bukan pecinta yang mahir, aku pula tak pandai memendam perasaan yang hadir.
Ingin rasanya mengutarakan langsung dihadapmu, tapi lidahku kelu.
Biarlah semua tersimpan dalam segala diamku.
Cukup aku mengadukan semua tentangmu, kepada-Nya.
Kusandingkan namamu dalam sepertiga malamku, seusai sujudku.
Menaruh harap padamu belum tentu berujung bahagia, bisa jadi aku dapati rasa kecewa.
Rasa cinta yang dianugerahkan tak serta merta membuatku menutup mata, biarkan ia ada. Dan tak pernah ku salahgunakan bahkan untuk mencintaimu sekalipun.
Bahwasanya mencintaimu, sama hal belajar dengan bagaimana aku mencintai diriku sendiri bahkan lebih dulu belajar mencintai-Nya.
Ku pasrahkan segalanya kepada Sang Pemberi. Jikalau saja, kamu tahu selalu ada tetes airmata yang jatuh saat aku meminta dan merayu-Nya untuk bisa disandingkan denganmu.
Hingga pada denting waktu yang sudah Dia tetapkan, semua harap dan inginku sudah terjawab.
Bila kamulah yang memang untukku, Dia memang tak pernah ingkar akan janji dalam tiap ayat-ayatnya.
Meskipun bukan kamu, aku yakini bahwa Dia mempunyai rencana jauh lebih baik dari sekedar rencanaku.