Selasa, 22 Maret 2016

Jika Memang Itu Kamu

Edit Posted by with No comments
Beri aku waktu untuk bisa menuliskanmu dalam lembaran kosong ini. 
Perlahan-lahan mengingat apapun yang berkaitan denganmu.
Semesta tahu, bahwa ada yang tengah mencari namun belum menemukan. Atau mungkin sedang sama-sama mencari lalu kemudian dipertemukan. 
Aku bukan pecinta yang mahir, aku pula tak pandai memendam perasaan yang hadir. 

Ingin rasanya mengutarakan langsung dihadapmu, tapi lidahku kelu. 
Biarlah semua tersimpan dalam segala diamku. 
Cukup aku mengadukan semua tentangmu, kepada-Nya. 
Kusandingkan namamu dalam sepertiga malamku, seusai sujudku. 
Menaruh harap padamu belum tentu berujung bahagia, bisa jadi aku dapati rasa kecewa. 
Rasa cinta yang dianugerahkan tak serta merta membuatku menutup mata, biarkan ia ada. Dan tak pernah ku salahgunakan bahkan untuk mencintaimu sekalipun.
Bahwasanya mencintaimu, sama hal belajar dengan bagaimana aku mencintai diriku sendiri bahkan lebih dulu belajar mencintai-Nya. 
Ku pasrahkan segalanya kepada Sang Pemberi. Jikalau saja, kamu tahu selalu ada tetes airmata yang jatuh saat aku meminta dan merayu-Nya untuk bisa disandingkan denganmu. 
Hingga pada denting waktu yang sudah Dia tetapkan, semua harap dan inginku sudah terjawab. 
Bila kamulah yang memang untukku, Dia memang tak pernah ingkar akan janji dalam tiap ayat-ayatnya. 
Meskipun bukan kamu, aku yakini bahwa Dia mempunyai rencana jauh lebih baik dari sekedar rencanaku. 

Minggu, 06 Maret 2016

Rintik Hujan Untuk Hati Yang Patah

Edit Posted by with No comments
Hujan turun bukan tanpa sebab. Mungkin langit resah, bahwa disaat langit nampak cerah banyak kepingan hati yang patah. 
Derai airmata jatuh, serupa hujan yang mulai menitikan airnya dari langit. 
Ah, langit pun ikut gundah. Tepat disaat kau mengucapkan kata berpisah. 

"Selamat tinggal, sayang"..... 

Kalimat itu yang kau lantangkan, kau genggam tanganku kemudian kau lepas. 
Rintikan hujan turun, mataku berkaca-kaca bahwa aku tak sekuat itu membendung airmata yang hendak tumpah. Mengartikan ada kesakitan yang terasa. 

Hujan turun menjadi lebih deras. Aku semakin terbawa suasana, kepergianmu pun tak dapat ku cegah. 
Aku kosong tapi ku tak sendiri. Semua kenangan terekam jelas dalam ingatan. Aku menangis sejadi-jadinya. Hujan semakin gencar menemaniku dengan rintikan airnya. 

Sabtu, 05 Maret 2016

Karenamu, Aku Rindu.

Edit Posted by with No comments
Bagaimana kabarmu? Rindu rasanya.... Bukankah memang seringkali begitu, yang terucap mengakui bahwa rindu itu hadir namun pertemuan kemarin menjadi yang terakhir. 

Aku tahu bahwasanya merindukanmu dan ingin rasanya bertemu hanyalah percuma. 
Tuhan tak pernah salah atas apapun, bahkan kepergianmu sekalipun. Dia yang memilikimu, Dia yang membuatmu ada dan kini menjadi tiada. 
Seperti katamu rasa sayang tak mengenal lelah. Begitupula aku saat ini, tak lelah untuk terus mendoakanmu. 
Degupan jantung kala itu masih terasa meski perlahan mulai hilang. Gemetar badan ini, masih terasa pula mengingat kabar tentangmu sore itu. Bahkan airmataku masih menetes, mengingat apapun yang berkaitan denganmu. 

Menyesal sudah pasti terlambat. Aku mungkin baru saja menyadarinya, ketika tubuhmu mulai dibenamkan ke dalam tanah.
Tawa yang pernah kita ciptakan berdua. Tatapan mata yang menyimpan ragu sekaligus tanya. Bahkan diam yang tak pernah lagi tersampaikan. 
Semua hanya kenangan, walaupun saat ini semua masih terekam jelas dalam ingatan.