Sabtu, 31 Januari 2015

Pagi Sayang

Edit Posted by with 1 comment

Selamat pagi, sayang..
Matahari sudah nampak sinarnya, jangan terus kau sembunyi di bawah selimutmu. Bergegaslah mandi, kau kan berjanji mengajakku menikmati akhir pekan berdua. Aku sudah siap sedia. Sudah aku siapkan air hangat untukmu, aku tahu kau tak bisa bermandikan air dingin walau sudah jam 8 pagi seperti ini. Cepat ya, aku tunggu di ruang bawah.

Ini sayang..
Teh hangat kesukaanmu sudah ku buat. Jangan terburu-buru meminumnya, masih agak panas. Nanti kau mengeluh bibirmu seperti melepuh. Kira-kira kau akan mengajakku pergi kemana? Aku sudah tak sabar. Tapi aku harus tetap menunggumu menghabiskan teh hangat milikmu. Sembari membincangkan hal yg menyenangkan diantara kita.

Akhirnya sayang..
Teh hangatmu habis juga, segera yuk kita bergegas pergi. Dan sepertinya cuaca mendukung, tak mendung. Kau langkahkan kaki menuju garasi mobil, membukakan aku pintu bak tuan putri. Lalu kau duduk di kursi pengemudi. Mobil meluncur ke jalan Ibukota.

Terima kasih, sayang...
Betapa senangnya aku menghabiskan waktu berdua denganmu. Membincangkan hal-hal konyol yg membuat kita menghasilkan gelak tawa yang tiada henti. Aku ingin mengulang kembali pagi, ia adalah waktu yg memberiku kesempatan untuk mencintaimu lagi.

Jumat, 30 Januari 2015

Masih Tentangmu

Edit Posted by with 1 comment


   
                                                                                                                      Jakarta, 30 Januari 2015
                                                                                                                 

                                                                                              

Untuk lelaki di kota seberang..

   Tak terasa sudah hampir 4 tahun, aku tak pernah lagi berkirim kabar denganmu. Tak pernah lagi sekedar bercanda, mengetikan rangkaian kata per kata menjadi kalimat yang penuh kerinduan. Maaf ya, kalau lagi-lagi mengirimimu surat. Ya, aku tahu.. harusnya yang ku tuliskan surat cinta tapi anggaplah ini surat cinta pertama dariku. Jadi perkenankan aku menuliskannya lagi untukmu, walaupun sepertinya tak pernah ada waktu sebentar untuk kamu membacanya.
   Aku masih ingat waktu kali pertama melihatmu, iya di lorong sekolah menuju gerbang. Aku jarang rasanya melihatmu, tapi pada saat itu juga ku putuskan untuk mencari tahu tentangmu. Jatuh cinta tak kenal waktu maupun keadaan sepertinya.
    Hari ke hari seolah aku berusaha menjadi seorang detective. Mencari keberadaanmu, diam-diam memperhatikanmu. Selucu itukah orang yang sedang jatuh cinta ? Ku pikir, iya. Perasaan aku tak karuan ketika melihatmu berjalan berbarengan dengan teman kelasmu. Ketika bel masuk berbunyi, ingin ku percepat putaran jarum jam. Kenapa ? karena aku ingin melihatmu. Tentu kamu tak mengira bahwa seperti itu aku dulu, mencintaimu diam-diam. Entah aku tak pernah berfikir, kamu sadar atau tidak sedang ku perhatikan ketika jam istirahat dan sepulang sekolah.
   Sesederhana itu caraku mencintaimu, dalam diam dan keheningan. Tak banyak orang yang tahu.
Mungkin ada benarnya kalau ‘Jodoh Tak Kemana’. Rasanya seusiaku dulu, belum pantas juga memikirkan jodoh. Tapi ketika menuliskan ini, usiaku sudah cukup dewasa jadi tak apa.
Seperti mimpi , saat upacara kamu ada di lapangan. Padahal yang aku tahu, kamu tak dapat kelas pagi. Tuhan mengabulkan doaku, kah? Menemukanmu dalam barisan kelas yang lain, yang artinya aku masih dapat bertemu dan melihatmu setiap pagi. Padahal tadinya aku sempat kecewa, bahwa aku tahu kamu dapat kelas siang. Senang dan sedih itu satu paket, dan inilah jawabannya.
    Lalu apalagi yang sanggup aku tuliskan ? Sepertinya sudah cukup, mengorek kenangan itu sama saja mengorek luka yang sudah kering. Terasa perih, namun tak perlu khawatir. Aku sudah cukup pulih untuk menuliskannya lagi, terlebih untukmu. Cinta bukan saja menghadirkan tawa, namun tangis pun menjadi penyempurna rasa. 

Terima kasih, Fik. 


- Dari yang (pernah) mencintaimu.

Rabu, 28 Januari 2015

Antara Aku , Dia dan Sahabat part 2

Edit Posted by with 2 comments


“Pak... ini mau balikin buku.” Kata Rey sambil menyerahkan bukunya.

“Wah, cepet banget neng balikinnya. Perasaan baru pinjem bukunya teh kemarin.” Kata Pak Ono.

“Iya nih pak.. lagi asik baca jadinya di tuntasin bacanya dari minjem kemarin. Yaudah pak, makasih ya. Kabarin kalo ada buku baru lagi.” Jawab Rey sambil tersenyum.

“Siap neng...” ujar Pak Ono mengacungkan jempolnya.

                                                                                                                                                                                                                                                                ------***--------
Diluar perpustakaan, Denia dan Kak Excel sedang asik mengobrol. Dan Rey pun langsung menghampiri mereka berdua.

“Lama banget sih lo di dalem, modusin Pak Ono dulu? Hahaha” ledek Denia.

“Yuk ah.... “ kata Rey cuek.

Sampai di kantin, mereka memilih tempat duduk. Kantin saat itu lumayan penuh, karena memang saat jam istirahat juga. Kak Excel yang celingak-celinguk bingung memilih untuk makan apa.

“Kalian mau makan apa? Nanti aku pesenin... “ tanya kak Excel menawarkan.

“Aku baso aja kak, minumnya es teh..” jawab Denia.

“Aku batagor, minumnya aqua kak.” Jawab Rey pelan.

“Tunggu ya.” ujar kak Excel.

Sambil menunggu pesanan datang. Denia mulai dengan kehebohannya, karena istirahat kali ini bisa bareng sama kak Excel. Rey pun mulai pasang telinga mendengarkan betapa cerewetnya sahabatnya itu.

“OMG.... Rey, hari ini tuh biar awal pelajaran bikin mumet. Pas istirahat bisa sama kak Excel tuh rejeki yang gak boleh ditolak... Asli seneng banget gueeeeeee” jerit Denia.

“Emang kak Excel ganteng ya Den?” tanya Rey polos.

“Plis deh Rey..... masa lo nggak bisa liat sih mana cowok ganteng? Kak Excel tuh idaman anak-anak kelas satu. Buat deket sama dia aja tuh, susah. Gue sih beruntung bisa kenal dan deket begini gara-gara pernah ikut lomba futsal cewek.” jawab Denia semangat.

“Ya tapi lo bisa nggak, biasa aja gitu liat dia. Gak usah sampe sehisteris gitu....” kata Rey mengingatkan.

“Nggak bisa Rey... abis dia gantengnya over. Lo tau sendiri kan gimana gue...” kata Denia cengengesan.

Tidak berapa lama, kak Excel datang membawakan pesanan mereka dan meletakannya diatas meja bergaya ala pelayan. Denia terkesiap melihat tingkah kak Excel. Denia pun melempar senyum sumringah dihadapan kak Excel.

“Rey.. rumahmu itu di Perumahan Sentra Nias ya?” tanya kak Excel membuka pembicaraan.

“Iya kak, kok kak Excel tau?” tanya Rey.

“Kebetulan pernah liat kamu di Jl. Mangga.... rumahku kan deket situ juga Rey.” kata kak Excel sambil melahap basonya.

“Boleh dong kak, kapan-kapan aku sama Rey main kerumah kak Excel?” tanya Denia penuh harap.

Rey menyenggol sikut Denia.  Denia pun menoleh tapi hanya dibalas senyum kearah Rey.

“Boleh kok... kapan aja mau main, yang penting kabarin aku dulu. Takut pas aku nggak dirumah. “ jawab kak Excel.

Selesai  istirahat, ternyata ada pengumuman bahwa kepada seluruh pengurus OSIS harus berkumpul di aula. Kebetulan Rey dan kak Excel adalah pengurus OSIS, jadi mau tidak mau mereka harus ke aula. Jadi tinggal Denia sendiri, dan harus segera masuk kelas.
Ada perasaan kesal dan cemburu ketika Denia melihat Rey dan kak Excel jalan beriringan menuju aula. Tapi di tepisnya rasa kesal itu, karena Denia tahu kalau Rey tidak mungkin tertarik dengan kak Excel.

Di ruang aula pun sudah berkumpul beberapa pengurus OSIS dari kelas 10 dan 11. Rey dan kak Excel pun masuk secara bersamaan dan disambut dengan sorak-sorak dari beberapa pengurus yang sudah hadir.

“Jadi ini Cel..... calonnya, si Rey... Cieeeeee...” teriak Dini heboh.

“Apaan sih Din, gue sm Rey kebetulan aja kali bareng. Jangan gossip lo.” Tegas kak Excel.

Rey  pun hanya menunduk malu dan langsung duduk disebelah kak Mesya, sang bendahara OSIS.
Semua pengurus OSIS pun telah berkumpul, Pak Roni sebagai pembina OSIS pun sudah hadir juga. Rapat pun segera dimulai. Sang Ketua Osis, kak Gio pun membuka rapat untuk membicarakan lomba 17an yang biasanya dilaksanakan di sekolah.
Rey yang sedari tadi memperhatikan kak Gio menjelaskan pun, sesekali memperhatikan kak Excel yang tidak terlalu serius mendengarkan kak Gio bicara di depan. Kak Excel justru asik bercanda dengan kak Ahmet.

“Ternyata kalo di perhatikan kak Excel memang manis kalo lagi senyum dan ketawa lepas gitu..” gumam Rey dalam hati.

Rapat pun masih berlangsung, kali ini kak Gio mulai membagi kelompok panitia lomba 17an.

“Baik, kali ini gue akan membagikan kelompok panitia lomba. Di setiap masing-masing perlombaan ada 2 panitia. Yg satu mencatat nama siswa/i yg ikut lomba, dan yang satunya lagi pemerhati lomba. Oke gue akan sebutkan namanya” kata kak Gio.

“Gue maunya sama Desta ya Gi.....” rayu Merda sambil melirik Desta.

“Udah dengerin nih. Di lomba balap karung, ada Vivi sama Soni. Di lomba makan kerupuk, ada Desta sama Feri. Di lomba catur, ada Merda sama Gue. Di lomba tarik tambang ada Dini sama Dea. Di lomba melukis wajah ada Qilla sama Ahmet. Dan yang terakhir di lomba futsal cowok dan cewek, ada Rey sama Excel. Sisanya Mesya, Kirana sama Deden bagian konsumsi panitia. Nah itu tadi nama yg gue pasangkan.... jadi kalian harus saling kerjasama sampe mau perlombaan. Ada yg mau bertanya? Sudah jelaskan semuanya?” tanya kak Gio selesai menjelaskan.

“Udah.....” jawab para pengurus serempak.

Rapat pun selesai. Dari beberapa anak kelas 11, masih ada di aula. Rey pun keluar untuk menuju kelasnya. Kak Excel pun mengikuti Rey keluar ruangan aula.

“Rey... nanti sepulang sekolah, kita pulang bareng ya. Sekalian beli perlengkapan buat lomba nanti” ajak kak Excel.

“Cie Excel.... gercep banget deketin Rey-nya... hahaha” ledek Dini didepan pintu aula.

“Ye si nenek, bawel lo ah.... “ jawab kak Excel kesal.

“Jangan mau Rey sama Excel, pacarnya banyak haha...” ledek Dini lagi.

“Hehe... kak Dini bisa aja deh. Aku sama kak Excel nggak ada apa-apa kok kak” jawab Rey malu-malu

“Ada apa-apa juga gapapa kali Rey, mumpung Excel masih jomblo tuh. Angkatan kamu kan pada banyak yg naksir sm Excel.” Kata Dini sambil melirik Excel.

Dini pun masuk lagi ke dalam aula. Didalam aula pun masih ada Merda, Qilla, Ahmet, Kirana dan Mesya. Diluar aula, masih ada Rey dan kak Excel yang masih membicarakan ajakan kak Excel.

“Gimana Rey, bisa kan?” tanya kak Excel.

“Iya kak, bisa” jawab Rey.

Selepas itu, Rey pun kembali ke kelasnya. Sedangkan Excel masuk kedalam aula untuk berkumpul dengan teman-temannya yg masih ada di dalam aula. 

- Bersambung - 

Minggu, 25 Januari 2015

Antara Aku , Dia dan Sahabat part 1

Edit Posted by with 4 comments
Kisah seorang gadis remaja yang jatuh cinta diam-diam.
Memilih diantara cintanya atau persahabatannya ?
Memilih diantara kebahagiaan untuk dirinya atau kebahagiaan untuk sahabatnya ?
Cinta menelusup hati tanpa permisi, meninggalkan luka ataupun tawa. Hingga ia berlari dan pergi.
                                                                -------***-------
“Kemarin gue pulang sekolah dianterin sama kak Excel loooooh” cerita Denia heboh kepada teman sebangkunya.

“Hmm... terus?”

“Ya gitu deh, pulang sekolah kita sempet berenti makan di kafe favoritnya kak Excel. Ah gue jatuh cinta beneran kalo begini sama kak Excel. Dia baik, perhatian, ganteng pula....”

“Lo yakin dia begitu tandanya dia suka sama lo?” tanya Rey cuek.

“Kok lo nanyanya gitu sih Rey? Bikin gue ngedown aja. Tapi sih ya gue yakin, kak Excel pasti juga punya perasaan yang sama kayak gue. Kalo nggak kenapa dia begitu perhatian sama gue?” jawab Denia santai.

Obrolan dua sahabat itu terhenti karena bel masuk telah berbunyi. Tak lama dari bunyi bel, Pak Kusdiman guru Fisika pun masuk kelas. Seperti biasa, Pak Kusdiman menginstruksikan seluruh siswa mengeluarkan selembar folio untuk ulangan dadakan.

“Pak..... kok ulangan lagi sih? Minggu kemarin kan udah ulangan” protes Pandu sang Ketua kelas.

“Sudah tidak usah banyak protes, ulangan kalian minggu lalu jeblok semua. Hanya beberapa siswa yang nilainya cukup baik” jawab Pak Kusdiman tegas.

Suasana di kelas X-2 cukup hening. Raut wajah siswa-siswinya berubah menjadi seperti pelari maraton, bercucuran air keringat demi menjawab berpuluh-puluh soal fisika.
Bel pengganti pelajaran selanjutnya pun berbunyi, tanda berakhir juga pelajaran fisika.

Dengan wajahnya yg stress sehabis mengerjakan soal fisika tadi, Denia beranjak dari kursinya untuk keluar cari angin.  Sedangkan Rey hanya duduk diam di kursinya sembari baca buku yang ia pinjam kemarin di perpustakaan sekolah.
Dari depan kelas Denia sedikit menjerit, membuat seisi kelas menengok kearahnya.

“Rey...... Rey...... sini buruan.....” panggil Denia heboh.

Rey hanya menoleh dengan wajah datarnya tanpa beranjak dari kursinya hanya untuk menghampiri Denia.
Denia pun berjalan ke arah kursi Rey, dan langsung menarik tangan sahabatnya itu.

“Ada apaansih Den? Gue lagi males nih,..” ujar Rey pelan.

“Itu... tuh kak Excel, lagi main futsal sama temen-temen sekelasnya. Ganteng bangeeeeeettttt. Makin klepek-klepek  gue liatnya.” jawab Denia

“Ah... kak Excel lagi, kak Excel lagi..... bosen ah Den.” kata Rey cuek.

“Ih... Rey mah nggak asik. Harusnya lo tuh seneng kek, apa kek liat temen lo lagi jatuh cinta gini. Makanya lo jatuh cinta dong... betah banget masih ngegalauin Seno” jawab Denia sedikit ketus.

Rey terdiam, mendengar nama Seno. Seperti ada rasa nyeri menyerang bagian dadanya. Iya, Seno adalah masalalu Rey. Yang pergi meninggalkan Rey tanpa sebuah kejelasan, dan sampai saat ini Rey masih menunggu Seno yang ia yakini, akan kembali.

“Tau ah.... kenapa jadi ngomongin Seno.” Kata Rey kesal sambil berjalan menuju kursinya.

Denia pun tak menghiraukan Rey lagi. Denia masih asik memperhatikan kak Excel di lapangan futsal. Tanpa disadari Denia, Bu Rida guru matematika sudah ada di dalam kelas.

“Denia, sedang apa kamu di depan pintu. Kembali ketempat dudukmu” panggil Bu Rida.

Denia sontak kaget, ternyata sudah ada Bu Rida dalam kelas. Dan Denia berlalu menuju tempat duduknya.

“Lo kenapa nggak manggil gue sih, kalo Bu Rida udah dalem kelas..” ujar Denia jutek.

“Hahahaha... sori Den, abis gue juga lagi asik baca buku. Jadi gue diem aja deh..” ledek Rey.

Pelajaran pun berlangsung selama 2 jam. Bu Rida masih serius menerangkan materi, tapi bel istirahat sudah berbunyi.

“Baik... materi untuk hari ini selesai. Kamis besok kita ulangan ya.” Ujar Bu Rida sambil meninggalkan kelas.
Seperti biasa, anak-anak bersorak-sorak protes mendengar kata ulangan.

“Kantin yuk Rey... gue laper nih. Mumet abis belajar fisika, matematika gini.” Kata Denia.

“Yuk... gue juga laper, tapi bentar ya gue ke perpus dulu. Balikin buku nih...” ajak Rey.

Denia pun mengangguk setuju. Denia dan Rey pun keluar kelas munuju perpustakaan di lantai 1 sekolahnya.
Saat di tangga, ada kak Excel dan beberapa teman kelasnya. Denia yg melihat keberadaan kak Excel pun sedikit histeris.

“Hai Denia, Rey... mau ke kantin ya?” sapa kak Excel ramah.

“Iya kak, tapi kita mau ke perpus dulu...” jawab Denia malu-malu.
“Oh gitu... yaudah gapapa, bareng aja. Kan sekalian abis dari perpus terus ke kantin..” kata kak Excel.

Denia tersenyum senang dan melihat ke arah Rey. Rey pun membalas senyuman Denia dengan wajah kecut.
Di depan perpustakaan, Rey pun masuk kedalam menemui Pak Ono yang biasa bertugas menjaga perpustakaan. 

- bersambung -