Aku menatap nanar langit-langit kamar. Sesekali coba untuk memejamkan mata, rasa kantuk belum juga datang. Dan ku coba untuk merubah posisi tidurku, namun masih tetap saja aku sulit untuk tidur.
Mungkin karena hari ini tak lagi seperti hari-hari kemarin. Mungkin juga karena siang tadi aku mencicip secangkir kopi sehingga badan dan mataku terjaga meski jam dinding kamar sudah menunjukan pukul dua belas malam.
Sedari tadipun, aku belum menerima pesanmu meski sekedar untuk mengingatkan aku makan malam.
Ah, aku rindu kamu, sayang....
Bahkan segelintir cerita yang selalu aku dan kamu habiskan di waktu malam.
Aku dan kamu tak pernah diam untuk saling berbagi cerita yang aku dan kamu alami dalam waktu sehari.
Walaupun banyak malam yang aku dan kamu lalui dalam perdebatan, keributan yang membuat aku dan kamu sadar. Yang sudah aku dan kamu lakukan sebuah kesalahan.
Aku tahu kini kamu sedang larut dalam kesibukan, dan aku sangat mengerti untuk tak rewel mengganggumu.
Aku lebih memilih diam, mengalah atas segala kesibukanmu saat ini.
Tapi cobalah kamu pun mengerti, ada aku di sini yang menunggu kabarmu. Ingin lagi mendengarkan semua ceritamu hari kemarin, hari ini dan hari esok.
Karena aku sadari, sedang ada jarak antara kita. Di mana aku tak sepenuhnya ada di sampingmu.
Maka dengan berbagi cerita denganmu, aku memupuk rasa percayaku, menjaga untuk tak pernah salah memahami apa yang terjadi.
Dan saat ini aku sedikit kehilangan. Kehilanganmu meski tak sepenuhnya. Karena, aku rindu percapakan malam itu.